Wayang Suluh Pakarti, Transformasi Wayang Suluh dan Wayang Beber dalam Sumbu Pendek

Seperti lentera (lampu), wayang Suluh Pakerti memiliki sumbu pendek yang mampu memantikkan pesan moral yang mengalir tak terduga dalam setiap pertunjukannya. Hanya berdurasi 3 jam pertunjukan. Sebuah transformasi seni pertunjukan wayang yang diolah sedemikian rupa, dengan menampilkan paduan wondo (perwajahan) wayang beber dan wayang suluh khas Pacitan dalam alur kekinian. Cenderung keluar pakem, tak hanya fleksibel dalam olah lakon, namun juga mampu menghadirkan kritik-kritik sosial yang nakal, apa adannya.

————————–

Mengapa disebut wayang Suluh “PAKERTI” ? Secara etimologi Jawa pakerti berarti penggawean, watak (Karakter), tabiat atau akhlak. Perbuatan atau juga sikap dan tindak-tanduk seseorang. Karakter atau watak yang diharapkan mampu menghadirkan penyadaran, memberikan sesuluh yang baik dan berguna bagi kehidupan.

wayang Suluh Pakerti adalah wayang yang terbuat dari kulit dan berbentuk manusia biasa, dengan tokoh wayang keseharian, misalnya P Lurah, P Haji, Ibu Guru, Bapak Guru, petani, saudagar, anak sekolah, mahasiswa dan lainya. Mbah Cermoyoso dari Pacitan adalah Dalang wayang suluh ternama di daerah Pacitan sekitar Tahun 70an.
Wayang suluh yang berarti bayangan yang memberi penerangan, karena pengungkapan kisahnya secara terang-terangan, pakaian, dan corak wayangnya disesuaikan dengan kondisi jaman.
Seiring waktu, keberadaan wayang suluh Pacitan seperti terpinggirkan. Bahkan bisa dibilang nyaris punah. Nasib yang sama juga nyaris menimpa Wayang Beber Panji, yang hingga saat ini hanya bisa “muncul” dalam pementasan seremonial dan panggung kajian budaya. Sebagai bentuk pelestarian budaya, saat ini para seniman wayang Pacitan tengah berupaya membangkitkan lagi kejayaan wayang Panji dan Wayang Suluh dalam seni pementasan. Salah satu upayanya adalah membuat karakter Wayang suluh yang asli Pacitan, yang diberi nama wayang suluh “PAKERTI”.
Spirit para seniman Pacitan tersebut tentunya tidak bisa dilepaskan dari upaya terhadap pelestarian budaya warisan nusantara, khususnya Wayang Beber Panji yang berada di Kabupaten Pacitan.Domana saat ini Wayang Beber Pacitan telah secara resmi mendapatkan pengakuan UNESCO sebagai warisan dunia non benda.
Dalam pandangan Prof. Dr Wardiman Djojonegoro selaku penggiat Budaya Panji Nasional pada sarasehan seni dan budaya di sanggar Lung Nanggungan Pacitan, terdapat lebih dari 20 Seni budaya di Jawa Timur yang masih memiliki budaya Panji dan menjadi Budaya Panji Nasional, namun tidak semuanya diketahui oleh dunia. Sehingga, kata Wardiman, untuk wayang beber panji anyar perlu dilestarikan karena mempunyai sejarah yang cukup baik yaitu asli Pacitan. Beliau menyampaikan di depan para seniman dan budayawan supaya lebih kreatif mengemas bentuk baru dengan istilah Panji Anyar. Hal ini bertujuan selain melestarikan sekaligus pengembangan agar warisan wayang tidak punah.
Beberapa alasan diatas sekaligus menjadi motivasi seniman Pacitan diantaranya seniman kriya Lazkar Creative antara lain Nur Ichwan Kompleh, seniman musik kontemporer Djohan Perwiranto Jagrag, seniman pakeliran Dalang “Wayang Combo” Fajar Ariyanto didukung penatah Bambang Toni Banjarsari dan Penggagas Wayang Pakerti Frend Mashudi yang juga penggiat Kolompok Informasi Masyarakat (KIM) Pena berembug kosep berdasar kreativitas masing masing.
Walhasil terciptalah wayang karakter baru atau wayang transformasi berbasis wayang beber Panji dan Wayang Suluh khas Pacitan. Wayang tersebut diberi nama : WAYANG PAKERTI. Wayang ini berbentuk wayang suluh klasik dengan karakter menyerupai wayang Beber Panji yang dibedah dan ditatah sungging. Hal ini akan membedakan karakter wayang Panji dan wayang Suluh yang sebelumnya sudah pernah ada, tanpa menghilangkan karakter keduanya.
Mengapa disebut wayang Suluh “PAKERTI” ? Secara etimologi Jawa pakerti berarti penggawean, watak (Karakter), tabiat atau akhlak. Perbuatan atau juga sikap dan tindak-tanduk seseorang. Karakter atau watak yang diharapkan mampu menghadirkan penyadaran, memberikan sesuluh yang baik dan berguna bagi kehidupan.
Kehadiran Wayang suluh “PEKERTI” ini juga merupakan bentuk apresiasi seniman-seniman Pacitan terhadap upaya pelestarian wayang beber Panji dan Wayang suluh yang ada di kabupaten Pacitan.

PERBEDAAN DAN KESAMAAAN WAYANG

Kesamaan wayang suluh Pakerti dengan Wayang Beber Panji
-Kwanda atau teknik ilustrasi wajah dan teknik penyunggingan atau penataan warna
-Stilir bentuk badan atau disebut blak menggunakan blak wayang Beber yang dibedah (ditatah) .

Perbedaan wayang suluh Pakerti dengan Wayang Beber Panji
– Jika Wayang Panji lebih cenderung memiliki batasan tradisi (PAKEM), maka wayang ini tidak memiliki batasan tersebut melainkan murni kreativitas pada teknik penyajian.
– Jika Wayang Beber Panji melekat pada lembaran yang digulung dan memiliki cerita tetap atau tidak dapat dirubah kecuali dengan membuat gulungan cerita lain, maka wayang ini lebih fleksibel ceritanya, dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini.
– Jika Wayang Panji mengambil tokoh besar Panji Asmara Bangun raja jenggala dan Panjalu berbasis wilayah Kediri dan sekitarnya, maka wayang ini mengambil tokoh Indonesia masa kini asal Pacitan. Seperti : Susilo Bambang Yudhoyono, Ani Yudhoyono, Agus Hari Murti Yudhoyono, Edhie Baskoro Yudhoyono dan lain-lain. Hal ini terus berkembang dengan pembuatan karakter-karakter wayang lainnya.

Kesamaan wayang suluh Pakerti dengan Wayang Suluh
– Dibedah layaknya wayang kulit dimainkan lebih fleksibel tergantung cerita dalang
– Tokoh atau karakter yang ditampilkan adalah karakter masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dan cenderung kekinian.
– Selain sebagai sarana hiburan, keduanya digunakan sebagai media komunikasi (penyuluhan).

Perbedaan wayang suluh Pakerti dengan Wayang Suluh
– Jika Kwanda atau teknik ilustrasi wajah dan teknik penyunggingan atau penataan warna cenderung natural (lebih mirip manusia), maka wayang ini berbasis klasik menggunakan teknik yang ada pada wayang Beber Panji. Hal ini bertujuan agar teknologi seni warisan leluhur tetap terjaga.
– Jika Wayang Suluh menggunakan iringan karawitan tradisional maka wayang ini menggunakan iringan yang lebih fleksibel, baik tradisional maupun menggunakan iringan modern dankontemporer. Hal ini bertujuan agar mendapat apresiasi penonton yang lebih lebih luas. (frend Mashudi)

2 thoughts on “Wayang Suluh Pakarti, Transformasi Wayang Suluh dan Wayang Beber dalam Sumbu Pendek

  • October 24, 2018 at 11:27 pm
    Permalink

    Pada hakekatnya apapun jenis dan model wayang tetap dalang yang mengatur jalannya cerita …
    Hanya saja bentuk dan model tersebut tidak lain hanya untuk mempercantik tampilan …
    Begitu juga dengan manusia, sebagaimanapun manusia berpenampilan tetap sang khaliklah yang menentukan jalan nasib kita …
    Menurut admin bagaimana??

    Reply
    • November 14, 2018 at 12:58 pm
      Permalink

      sepakat, aneka rupa budaya akan semakin membangkitkan bioritme jiwa, semakin memperkaya ragam dan corak budaya bangsa. Apapun bentuknya perupa itu hanyalah media untuk menjadikan kita lebih memahami akan sebuah karya.

      Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *