Kondisi Umum Desa Ngumbul
Kimpena.kabpacitan.id-Desa Ngumbul merupakan salah satu dari 16 desa di wilayah kecamatan Tulakan, yang terletak 5 KM ke arah timur dari kota kecamatan. Memiliki luas wilayah 987,835 hektar. Secara administratif terbagi dalam 4 dusun yaitu dusun Krajan, Bandarangin, Jeruk dan dusun Ngagik. Terdiri dari 34 RT (Rukun Tetangga) dan 9 RW (Rukun Warga).
Adapun batas-batas wilayah desa Ngumbul adalah:
Sebelah Utara desa Ketro, Sebelah Selatan desa Bodag Kecamatan Ngadirojo dan desa Kluwih, Sebelah Timur desa Wonosidi dan Sebelah Barat adalah desa Bungur dan desa Losari.
Berdasarkan data kependudukan per Desember 2017, penduduk desa Ngumbul sebanyak 5314 jiwa atau 1589 KK. Dengan rincian penduduk laki-laki sebanyak 2752 orang dan perempuan 2590 orang.
Desa Ngumbul yang terletak pada dataran tinggi merupakan desa yang cukup lembab. Dengan suhu rata-rata udara 25 derajat celcius sampai dengan 29 derajat celcius. Memiliki potensi alam yang tinggi dibidang pertanian. Hal ini dapat dilihat dari mata pencaharian penduduk desa Ngumbul yang sebagian besar sebagai petani dan peternak.
Desa Ngumbul memiliki lahan pertanian dengan luas 332,95 ha/ m² dari luas wilayah 987,835 ha/ m². Terbagi dalam 170,00 Ha lahan persawahan dan 162,95 Ha lahan tegalan/ ladang.
Dimana pertanian desa Ngumbul dapat dikatakan cukup baik, hal itu terlihat masih banyaknya lahan yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Selain itu di dukung juga oleh keadaan tanah Desa Ngumbul yang cukup subur. Sehingga potensi pertanian di desa Ngumbul sangat prospektif untuk kedepannya.
Sebagian besar masyarakat Desa Ngumbul memiliki mata pencaharian sebagai petani. Sehingga terdapat banyak komoditas yang mereka tanam sesuai dengan kebutuhan mereka. Komoditas pertanian yang terdapat di desa Ngumbul antara lain: komoditas padi, Cengkeh, Kopi, Ketela, Pisang, Jahe, cabai, lengkuas, Kunyit dan sayur mayur. Dari sejumlah komuditas tersebut, komoditas utama adalah padi dan Cengkeh.
Pola tanam pertanian di desa Ngumbul pun sangat beragam , ada pola tanam secara monokultur ada juga yang pola tanam secara polikultur.
Pola tanam merupakan suatu urutan tanam pada sebidang lahan dalam satu tahun. Pola tanam terbagi dua yaitu pola tanam monokultur dan pola tanam polikultur. Pola tanam monokultur adalah pola tanam dengan menanam tanaman sejenis. Misalnya sawah ditanami padi saja atau Kopi saja. Tujuan menanam secara monokultur adalah meningkatkan hasil pertanian. Sedangkan pola tanam polikultur ialah pola tanam dengan banyak jenis tanaman pada satu bidang lahan yang terusun dan terencana dengan menerapkan aspek lingkungan yang lebih baik, termasuk didalamnya masa pengolahan tanah.
Di Desa Ngumbul sendiri untuk komoditas sayuran pada umumnya menggunakan pola tanam monokultur sedangkan untuk komoditas empon-empon, umbi-umbian dan kacang-kacangan menggunakan pola tanam polikultur . Komoditas empon-empon, umbi-umbian ditanam bawah tegakan dimana tanaman keras seperti sengon laut, cengkeh atau Durian sebagai tanaman border (tanaman pelindung).
Jenis tanaman yang menggunakan pola tanam monokultur lainnya adalah padi, lengkuas, cabai, ketela pohon dan lain lain. Dalam hal penyediaan bibit dan pupuk para petani Desa Ngumbul masih mengandalkan kios pertanian (KUD) yang ada di Kecamatan Tulakan yang umumnya sudah bersertifikat.
Untuk mendukung kegiatan dan pengetahuan para petani di Desa Ngumbul , para petani bergabung dalam Gabungan kelompok tani (Gapoktan) Waloya Asih yang terdiri dari Kelompok Tani -kelompok tani di masing-masing dusun. Peran Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai wadah para petani untuk berdikusi mengenai permasalahan pertanian mereka, dan juga sebagai wadah/Jembatan untuk meminta bantuan kepada pemerintahan setempat. Bantuan yang pernah di terima oleh kelompok-kelompok tani berupa pupuk , obat-obatan dan juga bibit, alat pertanian serta alat pengolah Bokasi.
Untuk pengairan sendiri, masyarakat Desa Ngumbul khususnya petani memanfaatkan sumber mata air pegunungan dan sungai yang mengalir disepanjang garis desa untuk mengairi areal pertanian mereka dengan menggunakan pipa paralon dan Dam irigasi sederhana.
Hanya saja, hingga saat ini pengairan masih menjadi kendala utama untuk para petani khususnya pada musim kemarau. Pada musim kemarau para petani hanya memanfaatkan pengairan tadah hujan sehingga menyebabkan penurunan produktivitas pertanian yang mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat yang mayoritasnya petani.
Penanganan hama dan penyakit tanaman di Desa Ngumbul juga masih mengandalkan bahan bahan kimia sintetik, mereka belum mengaplikasikan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu. Hal ini mungkin terjadi karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran para petani terhadap pengendalian hama dan penyakit yang baik dan ramah lingkungan. Peran pemerintah dalam hal ini sebernarnya sudah dilakukan melalui sosialisasi kepada para petani tetapi mereka masih sulit menerima hal tersebut, karena masih bertumpu pada budaya dan pengetahuan yang turun-temurun.
Hasil pertanian di desa Ngumbul banyak di konsumsi sendiri artinya hasil pertanian mereka tidak secara komersil (tidak untuk dijual hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri), khususnya untuk tanaman padi hasil panennya tidak untuk dijual hanya untuk konsumsi pribadi saja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tetapi untuk komoditas sayuran diantaranya kacang panjang, cabai, sawi, terung, hasil panennya selain untuk konsumsi pribadi juga untuk dijual kepada pasar tradisional.
Sementara untuk komuditi cengkeh dan Kopi masyarakat menjualnya langsung ke pedagang desa untuk kemudian di jual kembali ke pasar kecamatan.
Selain komoditas Padi, potensi perkebunan di desa Ngumbul juga sangat menjanjikan. Utamannya komoditas Cengkeh dan Kopi, Kelapa serta budidaya tanaman keras seperti Sengon Laut, Jati, Pinus dan Mahoni.
Komuditas perkebunan ini memiliki peran vital dalam peningkatan perekonomian masyarakat desa Ngumbul. (admin)