Budaya Methikan Atau Ani-Ani Pari

kimpena.kabpacitan.id-Kalian pasti pernah dengar kata methik padi kan. Ya,.. methikan ialah salah satu tradisi yang ada di desa ngumbul kita tercinta ini,. Petikan atau Methik  ialah ritual persembahan tradisional petani Jawa sebagai wujud terima kasih dan rasa syukur kepada bumi sebagai sedulur sikep dan Dewi Sri (dewi padi) yang telah menumbuhkan padi yang ditanam sebelum panen.

Methikan atau Ani-ani ialah ritual persembahan tradisional petani Jawa sebagai wujud terima kasih dan rasa syukur kepada bumi sebagai sedulur sikep dan Dewi Sri (dewi padi) yang telah menumbuhkan padi yang ditanam sebelum panen. (foto: Ilustrasi)

Bumi disebut sedulur sikep bagi orang Jawa, karena bumi dianggap sebagai saudara manusia yang harus dihormati dan dijaga kelestariannya untuk kehidupan. Dalam tradisi Jawa, konsep meminta kepada sedulur sikep tidaklah sopan, kepada sedulur sikep kita hendaknya harus memberi sekaligus menerima, bukan meminta. Jika hormat kita berkurang kepada bumi, atau kita tidak menjaga kelestarian alam, maka bumi akan memberi balasan dengan situasi yang buruk yang disebut pagebluk, yang biasanya ditandai dengan hasil panen yang buruk, kekeringan, cuaca tak menentu.
Nah ritual petikan sendiri dimulai dengan menyiapkan berbagai sesaji, berupa makanan tradisional ke areal persawahan. Makanan tradisional yang disajikan bermaca- macam loh, seperti biasanya sego tumpeng, sambel memule , krawon godongan pethek, kacang gleyor santen, pitik ingkung. Hemm makanannya enak-enak semua ya. Namun tidak hanya makanan saja loh, ada juga seperti kembang setaman, banyu kendhi dadap sirep, janur dikepang, dan kemenyan tidak luput untuk disajikan. Lengkap deh. Semua benda-benda yang disajikan sebenarnya memiliki makna tersendiri. Seperti misalnya nasi “tumpeng” yang artinya tumekaning penggayuh, atau keinginan yang diraih. Kemudian setelah semua siap, sesaji dan hidangan itu dibawa ke tengah sawah dengan berarak-arakan melewati jalan desa dan menggunakan pakaian adat untuk mengadakan kenduri, kenduri sendiri berarti kekendelan kang diudari, atau keberanian yang disampaikan. Wah sering kita dengar tapi baru tahu maknanya ya. Nah setelah itu, semua ubo rampe (kelengkapan) ditata sedemikian rupa ditengah-tengah sawah.
Dipimpin oleh seorang tokoh dukun adat setempat, para petani kemudian berdoa dengan khusuk untuk memulai tradisi petikan .  Diawali dengan Wiwitan, wiwitan  berasal dari bahasa daerah “wiwit” yang berarti “mulai”. Jadi memulai memotong padi yang pertama sebelum panen.

Biasanya untuk menambah meriahnya acara para petani juga menggelar kothekan lesung , dengan tembang-tembang Jawa yang berisi tentang kemakmuran para petani. (foto ilustrasi)

Dalam tradisi ini, tanaman padi yang sudah layak dipanen kemudian dipotong untuk selanjutnya disimpan, dan sebagian untuk dijadikan benih pada masa tanam yang akan datang. Tradisi Methik ini merupakan wujud ungkapkan syukur kepada Sang Pencipta, yang telah memberikan hasil tanam yang melimpah. Biasanya untuk menambah meriahnya acara para petani juga menggelar kothekan lesung , dengan tembang-tembang Jawa yang berisi tentang kemakmuran para petani. Menarik ya.
Setelah ritual petikan selesai, aneka sesaji yang terdiri dari berbagi makanan tradisional ini dibagikan kepada warga yang datang untuk dimakan secara bersama-sama. Wah wajib ikutan loh. Warga meyakini, tradisi ini akan mendatangkan kesuburan tersendiri pada tanaman yang ditanam petani di sawah. Upacara tradisional tersebut juga diyakini menjadi cara untuk menekan tingkat serangan hama dan penyakit pada tanaman. Juga disamping sebagi wujud syukur, tradisi petikan ini digelar sebagai bentuk untuk melestarikan ritual budaya yang hampir punah di kalangan petani Jawa khususnya desa Ngumbul . Wah menarik sekali ya selain melestarikan budaya tradisi ini juga bisa dijadikan sebagai penarik masyarakat banyak . Keren ya, semoga tradisi petikan ini terus lestari dan tak tergerus oleh perubahan jaman di era moderen ini. (admin)

2 thoughts on “Budaya Methikan Atau Ani-Ani Pari

  • October 26, 2018 at 4:32 pm
    Permalink

    selain melestarikan budaya tradisi ini juga bisa dijadikan sebagai penarik masyarakat banyak

    Reply
    • November 14, 2018 at 1:00 pm
      Permalink

      betul,

      Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *